Scarlett Johansson Melayangkan Gugatan Terkait Penggunaan Nama dan Suaranya dalam Iklan AI
Aktris Scarlett Johansson mengajukan gugatan terhadap pengembang kecerdasan buatan (AI) karena menggunakan namanya dan suaranya dalam iklan perusahaan mereka. Iklan tersebut ditujukan untuk mempromosikan aplikasi penyunting gambar AI, Lisa AI: 90s Yearbook & Avatar. Dalam iklan ini, suara Scarlett Johansson, yang berperan sebagai Black Widow dalam film Marvel The Avengers, disimulasikan oleh AI.
Iklan berdurasi 22 detik ini menunjukkan Scarlett Johansson di balik layar saat pengambilan gambar untuk karakter Black Widow. Dalam adegan tersebut, Scarlett Johansson seharusnya mengatakan, "What's up guys? It's Scarlett and I want you to come with me" (Apa kabar teman-teman? Ini Scarlett dan aku ingin kamu ikut denganku).
Selanjutnya, iklan tersebut beralih dari wajah Scarlett Johansson, dan suara yang dihasilkan oleh AI dimaksudkan agar terdengar seperti yang dikatakan oleh aktris tersebut: "It's not limited to avatars only. You can also create images with texts and even your AI videos. I think you shouldn't miss it" (Ini tidak terbatas pada avatar saja. Anda juga dapat membuat gambar dengan teks dan bahkan video AI Anda. Saya pikir Anda tidak boleh melewatkannya).
Pengembang aplikasi, Convert Software, sudah memberikan penjelasan dengan menyertakan teks di bawah video yang menyatakan, "Gambar diproduksi oleh Lisa AI. Itu tidak ada hubungannya dengan orang ini." Namun, perwakilan Scarlett Johansson mengklarifikasi bahwa aktris tersebut tidak pernah menjadi juru bicara aplikasi tersebut, dan pengacara Johansson, Kevin Yorn, telah mengambil tindakan hukum terkait masalah ini.
"Kami tidak menganggap enteng hal ini. Berdasarkan tindakan yang biasa kami lakukan dalam situasi ini, kami akan menanganinya dengan semua upaya hukum yang kami miliki," kata Yorn, seperti yang dilaporkan oleh The Verge.
Saat teknologi kecerdasan buatan semakin mudah diakses, masalah serupa seperti ini mungkin akan muncul lebih sering. Para musisi juga menghadapi tantangan dengan kloning suara yang dapat menghasilkan rekaman vokal yang mirip dengan mereka, sehingga seolah-olah mereka merilis musik baru atau meng-cover lagu-lagu terkenal.
Teknologi deepfake juga memungkinkan kemunculan tokoh terkenal, seperti Tom Hanks, dalam iklan yang sebenarnya mereka tidak terlibat. Situasi ini menunjukkan kompleksitas hukum yang harus dihadapi dalam era di mana AI semakin berkembang.
Tinggalkan komentar
Alamat email kamu tidak akan ditampilkan
Komentar (0)