Tantangan Kecepatan Internet di Indonesia dan Solusinya
Kecepatan internet di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama di Asia Tenggara. Bahkan Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, pernah menyatakan keprihatinannya terkait hal ini.
Ridwan Efendi, seorang pengamat telekomunikasi dari ITB, memberikan tiga langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kecepatan internet di Indonesia. Langkah-langkah tersebut mencakup peningkatan jumlah stasiun pemancar base transceiver station (BTS), penambahan frekuensi yang tersedia untuk operator, dan penerapan teknologi baru.
Penambahan jumlah BTS di kota-kota besar telah dilakukan oleh sebagian besar operator seluler, tetapi hasilnya belum optimal. Oleh karena itu, pemerintah perlu mempertimbangkan penambahan frekuensi yang tersedia bagi operator telekomunikasi.
Ridwan menjelaskan bahwa saat ini, opsi terbaik untuk meningkatkan kecepatan internet adalah dengan mengadopsi teknologi terbaru, yaitu 5G. Namun, untuk menghadirkan 5G diperlukan beragam frekuensi, termasuk frekuensi rendah, menengah, dan tinggi. Untuk dapat menyediakan layanan 5G, operator perlu memiliki kombinasi frekuensi tersebut.
Saat ini, frekuensi yang tersedia di Indonesia mencakup 700 Mhz dengan lebar pita 2 x 45 Mhz dan 26 Ghz dengan lebar pita 2.000 Mhz. Agar 5G dapat beroperasi dengan optimal, idealnya lelang frekuensi 700 Mhz hanya diberikan kepada satu operator yang memiliki komitmen dan sumber daya yang cukup untuk menggelar layanan 5G.
Meskipun ada undang-undang yang memungkinkan operator seluler untuk menyewa kapasitas frekuensi dari operator pemenang lelang frekuensi 5G, kecepatan yang dihasilkan mungkin tidak akan optimal.
Ridwan menyarankan bahwa insentif, seperti pembebasan biaya penggunaan frekuensi (BHP), yang diberikan oleh pemerintah kepada operator seluler dapat membantu meningkatkan kualitas layanan internet di Indonesia. Insentif semacam ini akan memberikan operator seluler kemampuan finansial untuk meningkatkan kualitas layanan dan mengadopsi teknologi telekomunikasi baru, seperti 5G.
Lebih lanjut, Ridwan menyarankan bahwa insentif BHP frekuensi harus diberikan kepada operator yang berkontribusi pada pengembangan teknologi baru dan mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kualitas internet di Indonesia.
Tinggalkan komentar
Alamat email kamu tidak akan ditampilkan
Komentar (0)