Potensi Senjata Genetik Berbasis Kecerdasan Buatan: Ancaman Terhadap Keamanan Global
China telah mengklaim bahwa kelompok teroris telah menggunakan senjata genetik berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk menargetkan ras tertentu. Kementerian Keamanan Nasional China mengungkapkan bahwa organisasi non-pemerintah tertentu merekrut sukarelawan dari China untuk mengumpulkan data keanekaragaman hayati dengan dalih penelitian spesies biologis. Mereka menyatakan bahwa negara-negara asing sedang mengembangkan senjata untuk melacak perbedaan genetik yang terkait dengan etnis atau ras.
Dalam pernyataannya, kementerian tersebut menyoroti bahwa senjata genetik lebih sulit dideteksi dan lebih berbahaya dalam jangka panjang daripada senjata biologis tradisional atau senjata kimia. Ini merupakan ancaman serius yang sulit dihindari dan memiliki konsekuensi yang sangat buruk jika digunakan dalam konflik.
Sebagai respons terhadap potensi ancaman ini, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, telah memastikan pengujian keselamatan model kecerdasan buatan seperti ChatGPT dari OpenAI dan Bard dari Google. Langkah ini diambil untuk mencegah penggunaan kecerdasan buatan dalam pembuatan senjata nuklir atau senjata biologis.
Perlu dicatat bahwa terdapat ketegangan antara China dan Amerika Serikat terkait isu ini. China mengklaim bahwa negaranya adalah target potensial, sementara calon presiden AS, Robert Kennedy Jr, sebelumnya menyatakan bahwa China sendiri tengah mengembangkan senjata biologis etnis. Namun, kementerian China menuduh negara-negara asing dapat menyerang warganya karena organisasi tertentu menggunakan orang China untuk mencuri data spesies.
Model kecerdasan buatan, jika diberi sampel genetik manusia yang cukup, dapat menganalisis karakteristik genetik unik dari berbagai kelompok etnis. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan teknologi ini.
Permasalahan ini muncul setelah laporan yang mengklaim para ilmuwan China sedang mempersiapkan Perang Dunia Ketiga dengan senjata biologis dan genetika. Laporan tersebut menguraikan rencana penggunaan senjata biologis dan dampaknya pada sistem medis musuh.
Bukti bahwa China telah mempertimbangkan aspek militer dari virus corona SARS sejak tahun 2015 juga menimbulkan kekhawatiran baru tentang penyebab COVID-19. Sejumlah pejabat masih menduga bahwa virus tersebut mungkin berasal dari laboratorium di China.
Tinggalkan komentar
Alamat email kamu tidak akan ditampilkan
Komentar (0)