Penyebab Punahnya Dinosaurus: Peran Debu Akibat Tabrakan Asteroid
Penyebab punahnya dinosaurus masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Debu yang tersebar akibat tabrakan asteroid telah menjadi fokus penelitian baru yang mengungkapkan pemahaman yang lebih mendalam.
Kita telah tahu bahwa tabrakan asteroid dengan Bumi merupakan penyebab utama kepunahan dinosaurus. Namun, apa yang terjadi setelah tabrakan tersebut? Sebenarnya, asteroid Chicxulub bukan satu-satunya penyebab "kiamat" pada masa itu. Dinosaurus tidak mati seketika akibat tabrakan asteroid, meskipun tabrakan ini memainkan peran penting. Ada faktor-faktor lain yang turut berkontribusi, seperti kebakaran dan musim dingin yang berlangsung lama.
Sebanyak 66 juta tahun yang lalu, asteroid menabrak lautan di lepas pantai Meksiko. Kehancuran besar terjadi, termasuk gempa bumi dan tsunami. Iklim menjadi tak stabil, dan tanaman yang merupakan bagian dari rantai makanan pun musnah.
Musim dingin yang mematikan juga berperan dalam kepunahan dinosaurus. Sebuah riset dari Nature Geoscience telah mengungkap bahwa debu, yang sebelumnya diabaikan oleh ilmuwan, adalah penyebab utama dari musim dingin tersebut. Debu silikat halus ini berukuran mikrometer dan tetap ada di atmosfer selama 15 tahun. Debu ini mampu menahan panas dan sinar matahari, menghentikan fotosintesis tanaman yang membutuhkan sinar matahari selama dua minggu penuh. Ini berdampak pada rantai makanan dan bisa membunuh binatang yang masih bertahan.
Menurut penelitian ini, debu lebih berpengaruh dalam mendinginkan Bumi dibandingkan dengan belerang dan jelaga, meskipun belerang dan jelaga lebih efisien dalam menyerap sinar matahari. Debu tetap berada di atmosfer selama 15 tahun, menyebabkan suhu Bumi turun hingga 15 derajat Celsius. Diperlukan empat tahun untuk membersihkan atmosfer dari debu halus ini dan mengembalikan kehidupan tanaman. Oleh karena itu, riset ini mengungkapkan bahwa musim dingin akibat debu adalah penyebab utama punahnya dinosaurus, bukan hanya tabrakan asteroid.
Namun, seorang ahli paleontologi, Jan Smit, menunjukkan bahwa penelitian ini belum menyeluruh. Para peneliti mengakui perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak tabrakan asteroid ini di berbagai wilayah dan mengapa beberapa kelompok dinosaurus bertahan sementara yang lain punah.
*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
Tinggalkan komentar
Alamat email kamu tidak akan ditampilkan
Komentar (0)