Krisis Iklim dan Dampaknya di Indonesia
Krisis iklim bukanlah isu sepele, dan negara-negara, termasuk Indonesia, sedang merasakan dampaknya. Cuaca ekstrem, krisis air bersih, peningkatan suhu, dan kebakaran hutan yang melanda beberapa wilayah Indonesia adalah sebagian dari dampak yang dirasakan.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, suhu rata-rata di Indonesia telah mengalami peningkatan drastis. Suhu rata-rata di Indonesia seharusnya berkisar sekitar 26,6 derajat Celsius, namun saat ini telah mencapai 27 derajat Celsius, bahkan mencapai 38 derajat Celsius.
Penyebab utama dari peningkatan suhu ini adalah krisis iklim global. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya jumlah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 499 kejadian kebakaran hutan dan lahan sepanjang Januari hingga Agustus 2023, angka yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Presiden Joko Widodo telah memimpin Indonesia selama dua periode dan telah menandatangani Perjanjian Paris pada tahun 2015. Dalam perjanjian tersebut, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan upaya domestik dan 41 persen dengan dukungan internasional hingga tahun 2030. Meskipun demikian, komitmen ini telah menuai kritik karena dianggap kurang ambisius.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP 26 yang digelar di Glasgow pada tahun 2021, Jokowi mengungkapkan keprihatinannya terhadap perubahan iklim. Dia menyatakan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi kemakmuran dan pembangunan global.
Tinggalkan komentar
Alamat email kamu tidak akan ditampilkan
Komentar (0)