El Nino 2023: Dampak Kekeringan dan Perubahan Iklim
El Nino 2023 menjadi sorotan, dengan efeknya yang lebih kuat dibandingkan tiga tahun terakhir. Wilayah selatan khatulistiwa mengalami kekeringan panjang yang mengundang pertanyaan tentang berapa lama kondisi ini akan berlangsung.
El Nino, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengacu pada anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah. Saat terjadi El Nino, wilayah ini menjadi lebih panas dari kondisi normal. Di sisi lain, suhu permukaan laut di wilayah Pasifik bagian barat dan perairan Indonesia, yang biasanya hangat, menjadi lebih dingin dari biasanya.
Selama El Nino, daerah pertumbuhan awan bergeser dari Indonesia ke Samudra Pasifik bagian tengah, mengakibatkan berkurangnya curah hujan di Indonesia. Faktor lain yang membuat kekeringan saat ini lebih serius adalah munculnya fenomena sejenis di Samudra Hindia, yang dikenal sebagai Indian Ocean Dipole (IOD).
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dampak El Nino tahun ini lebih kuat dan berkelanjutan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. BMKG memprediksi beberapa wilayah akan mengalami curah hujan bulanan yang sangat rendah, terutama pada bulan Agustus, September, dan Oktober.
Wilayah-wilayah yang terdampak meliputi sebagian besar wilayah Indonesia, dari Sumatera hingga Papua. Beberapa daerah bahkan mencatat hari-hari tanpa hujan yang mencengangkan, seperti Sumba Timur (NTT) yang mengalami 166 hari tanpa hujan.
Aaron Levine, ilmuwan atmosfer di University of Washington, AS, menjelaskan bahwa El Nino kuat terjadi ketika suhu permukaan laut di Pasifik khatulistiwa setidaknya 1,5 derajat Celsius lebih tinggi dari biasanya. Namun, ia juga mencatat bahwa atmosfer memainkan peran penting dalam fenomena ini.
Pentingnya respons atmosfer terhadap kenaikan suhu permukaan laut menjadi faktor yang menarik. Hal ini berkaitan dengan Sirkulasi Walker yang mempengaruhi pola cuaca, dan tahun ini terlihat berbeda dari El Nino besar lainnya. Atmosfer tidak merespons sekuat yang diprediksi.
Indeks-indeks yang mengukur atmosfer di Pasifik juga tidak menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana El Nino akan berinteraksi dengan pemanasan global di masa depan.
Tinggalkan komentar
Alamat email kamu tidak akan ditampilkan
Komentar (0)